Pages

Subscribe:

Ads 468x60px

Tuesday, May 08, 2012

Perkembangan Emosi [PPD]

Kata emosi berasal dari bahasa latin, yaitu emovere, yang berarti bergerak menjauh. Arti kata ini menyiratkan bahwa kecenderungan bertindak merupakan hal mutlak dalam emosi. Menurut Daniel Goleman (2002 : 411) emosi merujuk pada suatu perasaan dan pikiran yang khas, suatu keadaan biologis dan psikologis dan serangkaian kecenderungan untuk bertindak. Emosi pada dasarnya adalah dorongan untuk bertindak.

tahapan perkembangan emosi  peserta didik:
A. REGULASI DIRI DAN MINAT TERHADAP LINGKUNGAN
Kemampuan anak untuk mengolah rangsang dari lingkungan dan menenangkan diri. Bila anak masih belum mampu meregulasikan diri maka ia akan tenggelam dalam usaha mencari rangsang yang dibutuhkannya atau sebaliknya menghindari rangsang yang membuatnya tidak nyaman. Dengan demikian ia tidak bisa memperhatikan lingkungan secara lebih bermakna. Kemampuan yang dimiliki :
1. Menunjukkan minat terhadap berbagai rangsang dalam lingkungan sedikitnya selama 3 detik
2. Bisa tenang dan terfokus pada sesuatu sedikitnya 2 menit
3. Pulih dari kondisi tidak menyenangkan dalam 20 menit dengan bantuan
4. Menunjukkan minat terhadap pengasuh, tidak hanya terhadap benda

B. KEAKRABAN-KEINTIMAN
Kemampuan anak untuk terlibat dalam suatu relasi yang hangat, akrab, menyenangkan dan penuh cinta. Pengasuh merupakan hal terpenting dalam dunianya. Kemampuan yang dimiliki:
  1. Menunjukkan respon terhadap tawaran pengasuh (dengan senyum, kerenyit, vokalisasi, meraih dan tingkah laku bertujuan yang lain)
  2. Menunjukkan respon terhadap tawaran pengasuh dengan rasa senang yang nyata
  3. Menunjukkan respon terhadap tawaran pengasuh dengan rasa ingin tahu dan minat asertif (misalnya dengan mengamati wajah)
  4. Bisa mengantisipasi bahwa benda yang ada jadi hilang dari pandangannya (misalnya dengan tersenyum atau berceloteh untuk menunjukkan minat)
  5. Menunjukkan rasa tidak suka bila didiamkan/tidak direspon selama sedikitnya 30 detik saat bermain
  6. Memprotes dan mulai marah saat frustrasi
  7. Pulih dari kondisi tidak menyenangkan dalam 15 menit dengan bantuan 
C. KOMUNIKASI DUA ARAH
Kemampuan anak untuk terlibat dalam komunikasi dua arah, menutup siklus komunikasi (aksi-reaksi). Komunikasi di sini tidak harus verbal, yang penting ia bisa mengkomunikasikan intensi/tujuannya dan kemudian mengenal konsep sebabakibat (berpikir logis) dan konsep diri. la mulai menyadari bahwa tingkah lakunya berdampak terhadap lingkungan. Sehingga mulai muncul keinginan untuk aktif memilih/ menentukan pilihan dan berinisiatif
Kemampuan yang dimiliki:
  1. Menunjukkan respon terhadap gestures pengasuh dengan gestures bertujuan (misalnya meraih ingin digendong bila tangan kita terentang, menatap atau berceloteh bila diajak bicara)
  2. Memulai interaksi dengan pengasuh (misalnya memegang hidung/rambut anda, mengulurkan tangan ingin digendong)
  3. Menunjukkan emosi akrab/kedekatan (balas memeluk, meraih ingin digendong bila tangan terentang), kegembiraan dan kegairahan (tersenyum senang saat mengambil mainan dari mulut anda dan memasukkannya ke mulutnya sendiri), rasa ingin tahu yang asertif (menyentuh dan mengelus rambut anda), protes dan marah (mendorong
    makanan di atas meja sampai jatuh, menjerit bila mainan yang diinginkan tidak diberikan) , takut (membalik/menjauh, tampak ketakutan, menangis bila orang tak dikenal mendekatinya terlalu tiba-tiba)
  4. Pulih dari rasa tidak senang dalam 10 menit dengan terlibat dalam interaksi social
D. KOMUNIKASI KOMPLEKS
Kemampuan anak untuk menciptakan komunikasi kompleks (sekitar 10 siklus), mengekspresikan keinginan dan emosi secara lebih berwarna, kompleks dan kreatif. Mulai menyertakan keinginannya dalam bermain, tidak hanya mengikuti perintah atau petunjuk pengasuh/orang tua. Selanjutnya hal ini akan menjadi dasar terbentuknya konsep diri dan kepribadian. la mampu memahami pola karakter dan tingkah laku orang lain sehingga mulai memahami apakah tingkah lakunya disetujui atau tidak, akan dipuji atau diejek, dll sehingga mulai berkembang kemampuan memprediksi kejadian dan kemudian mengarah pada kemampuan memecahkan masalah berdasarkan keurutan logis.
Kemampuan yang dimiliki:
  1. Menutup sedikitnya 10 siklus komunikasi secara berkelanjutan (misalnya memegang tangan anda. menuntun ke lemari es, menunjuk, berceloteh, berespon terhadap pertanyaan anda dengan celoteh dan gestures, meneruskan pertukaran gestural sampai anda membuka pintu lemari es dan mengambil apa yang diinginkannya)
  2. Menirukan tingkah laku pengasuh dengan bertujuan (misalnya memakai topi ayah dan berjalan berkeliling menunggu pujian)
  3. Menutup sedikitnya 10 siklus dengan vokalisasi atau kata, ekspresi wajah, saling menyentuh/memeluk, bergerak dalam ruang, aktifitas motorik (kejarkejaran) dan komunikasi dengan jarak yang jauh (di ruangan yang luas ada jarak antara dirinya dan pengasuh)
  4. Menutup sedikitnya 3 siklus berkelanjutan saat merasakan emosi:
Keakraban/kedekatan (menunjukkan ekspresi wajah, gestures dan vokalisasi saat mendekat ingin dipeluk, dicium, atau menirukan bicara di telpon mainannya saat anda menerima telpon sungguhan)
Kegembiraan dan kegairahan (menunjukkan vokalisasi dan tatapan untuk mengundang seseorang berbagi kegairahan mengenai sesuatu yang menarik, berbagi guyonan dengan anak lain atau orang dewasa dengan tertawa bersama)
Rasa ingin tahu yang asertif (bereksplorasi sendiri, menggunakan kemampuan komunikasi jarak jauh untuk merasakan kedekatan dengan anda saat ia bermain atau bereksplorasi sendirian),takut (menyatakan minta dilindungi dengan berkata ‘nggak’ sambil lari ke belakang anda),marah (memukul, berteriak, membanting atau tiduran di lantai, atau memandang dengan tatapan marah dan dingin),pembatasan (mengerti dan berespon positif terhadap ‘tidak, berhenti!’ atau peringatan dengan jari atau ekspresi marah
  1. Pulih dari rasa tidak senang dengan meniru tingkah laku (membantingbanting kaki ke lantai atau membalas teriak bila dibentak)
E. IDE EMOSIONAL
Kemampuan anak untuk menciptakan ide, mengenal simbol, termasuk bahasa yang melibatkan emosi. Kemampuan menciptakan ide awalnya berkembang melalui permainan pura-pura yang memberikan kesempatan bereksperimen dengan perasaan, keinginan dan harapan. Kemudian ia mulai memberi nama pada benda-benda sekeliling yang berarti, disini ia mulai mengerti penggunaan simbol benda konkrit. Kemudian simbol menjadi semakin meluas pada aktifitas. dan emosi dan ia belajar kemampuan memanipulasi ide untuk memenuhi kebutuhan dan keinginannya.
Kemampuan yang dimiliki:
  1. Bermain pura-pura dengan sedikitnya 2 ide yang bisa saja belum terkait (mobil tabrakan, memuat batu di mobil itu, memeluk boneka kemudian pura-pura minum teh)
  2. Menggunakan kata-kata, gambar, gestures untuk mengungkapkan sedikitnya 2 ide sekaligus, tidlak harus berhubungan (’nggak bobok, main’)
  3. Mengkomunikasikan keinginan, intensi dan perasaannya dengan katakata, beberapa gestures sekaligus, sentuhan (pelukan)
  4. Bermain permainan motorik dengan aturan yang sederhana (bergiliran melempar bola)
  5. Menggunakan bermain pura-pura untuk mengkomunikasikan emosi yang tidak boleh dimakannya).
 F. BERPIKIR EMOSIONAL
Kemampuan anak untuk menciptakan kaitan antar berbagai ide sehingga mampu berpikir secara logis dan sesuai dengan realitas. Mampu mengekspresikan berbagai emosi dalam bermain, memprediksi perasaan dan akiba’ dari suatu aktifitas, mengenal konsep ruang, waktu serta bisa memecahkan masalah secara verbal dan memiliki pendapatnya sendiri. Bila anak bisa mencapai kemampuan ini maka ia akan siap belajar berpikir abstrak dan mempolajari strategi berpikir.
Kemampuan yang dimiliki:
  1. Bermain pura-pura dengan mengkaitkan sedikitnya 2 ide secara logis, walau
    kadang-kadang ide itu sendiri tidak realistik (misalnya dengan mobil berkunjung ke bulan, dengan cara terbang cepat sekali)
  2. Mengembangkan ide bermain pura-pura orang dewasa (misalnya anak memasak sup, ditanya apa yang dimasak, dijawabnya “batu-batu dan ranting-ranting”)
  3. Berbicara dengan ide-ide yang saling terkait secara logis dan realistik (”nggak mau tidur, mau nonton tv”)
  4. Menutup sedikitnya 2 siklus konunikasi verbal (”mau pergi ke luar” ditanya kenapa, dijawabnya “mau main”)
  5. Berkomunikasi secara logis, mengaitkan sedikitnya 2 ide mengenai intensi, keinginan, kebutuhan, perasaan dengan kata-kata, beberapa gestures (pura-pura jadi anjing yang marah) dan sentuhan (sering memeluk sebagai bagian dari drama ketika anak menjadi ayah)
  6. Bermain motorik dan spasial dengan aturan (bergantian meluncur)
  7. Menggunakan permainan pura-pura atau kata-kata untuk mengkomunikasikan sedikitnya 2 ide yang terkait secara logis mengenai emosi :
Ciri-ciri emosi remaja
Biehler (1972) membagi ciri-ciri emosional remaja menjadi dua rentang usia, yaitu usia 12-15 tahun dan usia 15-18 tahun.
• Ciri-ciri emosional usia 12-15 tahun
Cenderung banyak murung dan tidak dapat diterka,
Bertingkah laku kasar untuk menutupi kekurangan dalam hal rasa percaya diri,
Kemarahan biasa terjadi,
Cenderung tidak toleran terhadap orang lain dan ingin selalu menang sendiri,
Mulai mengamati orang tua dan guru-guru mereka secara objektif.
• Ciri-ciri emosional remaja usia 15-18 tahun

1. “Pemberontakan” remaja merupakan ekspresi dari perubahan yang universal dari masa kanak-kanak menuju dewasa
2. Banyak remaja mengalami konflik dengan orang tua mereka
3. Sering kali melamun, memikirkan masa depan mereka
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Emosi Remaja
1.      Pola asuh orang tua
2.      Pengalaman traumatik
3.      Temperamen
4.      Jenis kelamin
5.      Usia
6.      Perubahan jasmani
7.      Perubahan pandangan luar
8.      Perubahan interaksi dengan sekolah

Usaha guru dan orang tua dalam mengembangkan emosi positif (daya rasa) peserta didik
·        Dengan menerapkan kedisiplinan
·        Melakukan bimbingan di kelas
guru memiliki kesempatan yang luas untuk melakukan bimbingan di kels. Kesempatan itu adalah:
1. Guru, sebagai guru, pertama-tama perduli terhadap masalah dan kebutuhan siswanya
2. Guru merupakan orang yang pertama mengetahui munculnya masalah penyesuaian diri pada siswanya
3. Guru mengendalikan sebagian keadaan sekolah yang memberikan sumbangan perkembangan siswa
4. Guru memiliki kesempatan untuk melaksanakan berbagai keputusan yang dibuat sebagai hasil dari kontak siswa dengan penyuluh
5. Guru memiliki kesempatan untukmelaksanakan berbagai terapi kelompok
6. Guru meiliki kesempatan untuk memberikan berbagai pelayanan instruksional yang erat hubungannya dengan kebutuhan dan masalah siswa
7. Guru memiliki kesempatan untuk memperoleh banyak informasi dan wawasan tentang siswa dan pengalamannya
8. Guru mengembangkan berbagai kontak yang efektif dengan orang tua siswa dan pranata masyarakat. Kontak itu mempunyai berbagai kemungkinan penting dalam program bimbingan
9. Guru memilki hubungan pribadi dengan siswa. Hubungan baik ini menempatkan guru pada kedudukan strategis dalam upaya membantu siswa.

0 comments: