Perkembangan
anak adalah proses perkembangan yang terjadi dalam diri seorang anak ditambah
dengan apa yang dialami dan diterima selama masa anak-anak secara sedikit demi
sedikit memungkinkah ditambah dan berkembang menjadi manusia dewasa, dengan
demikian terjadi proses perubahan-perubahan psikologik atau sifat-sifat khas
secara terus-menerus menuju pada suatu arah tertentu.
Proses perkembangan ini berlangsung melalui proses belajar, serta tak lepas
dari proses pertumbuhan dan kemasakan. Dapat dilukiskan bahwa perkembangan itu
merupakan proses yang kekal tidak pernah selesai, namun tetap merupakan suatu
kesatuan menuju ke suatu arah yaitu organisasi atau struktur tingkah laku pada
tingkat integrasi yang lebih tinggi. Sedangkan pengertian remaja menurut Sarlito
Wirawan Sarwono adalah masa transisi antara masa kanak-kanak ke masa dewasa,
belasan tahun atau jika seseorang menunjukkan tingkah laku tertentu seperti
mudah diatur, mudah terangsang perasaannya.
Pengertian perkembangan sosial remaja menurut Dadang Sulaeman bahwa
perkembangan kearah masa remaja diiringi dengan bertambahnya minat-minat
terhadap penampilan diri peer group serta kegiatan-kegiatan sosial lainnya yang
anggota-anggotanya terdiri atas jenis kelamin yang sama maupun yang berlainan.
Proses perkembangan sebelumnya, di samping faktor-faktor lainnya, ikut
menentukan sampai sejauh manakah sukses yang dialami seseorang dalam
menyesuaikan dirinya dalam kegiatan sosial.
Pengertian Perkembangan
Sosial
Hubungan sosial
merupakan hubungan antarmanusia yang saling membutuhkan. Hubungan sosial
dimulai dari tingkat yang sederhana yang didasari oleh kebutuhan yang
sederhana. Semakin dewasa, kebutuhan manusia menjadi kompleks dan dengan
demikian, tingkat hubungan sosial juga berkembang menjadi amat kompleks. Pada
jenjang perkembangan remaja, seorang remaja bukan saja memerlukan orang lain
demi memenuhi kebutuhan pribadinya, tetapi mengandung maksud untuk disimpulkan
bahwa pengertian perkembangan sosial adalah berkembangnya tingkat hubungan
antar manusia sehubungan dengan meningkatnya kebutuhan hidup manusia.
Syamsu Yusuf
menyatakan bahwa Perkembangan sosial merupakan pencapaian kematangan dalam
hubungan sosial. Perkembangan sosial dapat pula diartikan sebagao proses
belajar untuk menyesuaikan diri terhadap norma-norma kelompok, moral dan
tradisi meleburkan diri menjadi satu kesatuan dan saling berkomunikasi dan
kerja sama.
Pada awal manusia dilahirkan belum bersifat
sosial, dalam artian belum memiliki kemampuan dalam berinteraksi dengan orang
lain. Kemampuan sosial anak diperoleh dari berbagai kesempatan dan pengalaman
bergaul dengan orang-orang dilingkungannya.
Kebutuhan
berinteraksi dengan orang lain telah dirsakan sejak usia enam bulan, disaat itu
mereka telah mampu mengenal manusia lain, terutama ibu dan anggota keluarganya.
Anak mulai mampu membedakan arti senyum dan perilaku sosial lain, seperti marah
(tidak senang mendengar suara keras) dan kasih sayang. Sunarto dan Hartono
(1999) menyatakan bahwa:
Hubungan sosial
(sosialisasi) merupakan hubungan antar manusia yang saling membutuhkan.
Hubungan sosial mulai dari tingkat sederhana dan terbatas, yang didasari oleh
kebutuhan yang sederhana. Semakin dewasa dan bertambah umur, kebutuhan manusia
menjadi kompleks dan dengan demikian tingkat hubungan sosial juga berkembang
amat kompleks.
Karakteristik
Perkembangan Sosial Anak, Remaja dan Dewasa
Pada usia ini anak
mulai memiliki kesanggupan menyesuaikan diri sendiri (egosentris) kepada sikap
yang kooperatif (bekerja sama) atau sosiosentris (mau memperhatikan kepentingan
orang lain).
Berkat perkembangan
sosial anak dapat menyesuaikan dirinya dengan kelompok teman sebayanya maupun
dengan lingkungan masyarakat sekitarnya. Dalam proses belajar di sekolah,
kematangan perkembangan sosila ini dapat dimanfaatkan atau dimaknai dengan
memberikan tugas-tugas kelompok, baik yang membutuhkan tenaga fisik maupun
tugas yang membutuhkan pikiran. Hal ini dilakukan agar peserta didik belajar
tentang sikap dan kebiasaan dalam bekerja sama, saling menghormati dan
betanggung jawab.
Pada masa remaja
berkembang ”social cognition”,
yaitu kemampuan untuk memahami orang lain. Ramaja memahami orang lain sebagi
individu yang unik, baik menyangkut sifat pribadi, minat,nilai-nilai, maupun
perasaannya.
Pada masa ini juga
berkembang sikap ”conformity”,
yaitu kcenderungan untuk menyerah atau megikuti opini, pendapat, nilai,
kebiasaan, kegemaran atau keinginan orang lain (teman sebaya).
Apabila kelompok
teman sebaya yang diikuti menampilkan sikap dan perilaku yang secara moral dan
agama dapat dipertanggungjawabkan maka kemungkinan besar remaja tersebut akan
menampilkan pribadinya yang baik. Sebaliknya, apabila kelompoknya itu
menampilkan sikap dan perilaku yang melecehkan nilai-nilai moral maka sangat
dimungkinkan remaja akan melakukan perilaku seperti kelompoknya tersebut.
Selama masa dewasa,
dunia sosial dan personal dari individu menjadi lebih luas dan kompleks
dibandingkan dengan masa-masa sebelumnya. Pada masa dewasa ini, individu
memasuki peran kehidupan yang lebih luas. Pola dan tingkah laku sosial orang
dewasa berbeda dalam beberapa hal dari orang yang lebih muda. Perbedaan
tersebut tidak disebabkan oleh perubahan fisik dan kognitif yang berkaitan
dengan penuaan, tetapi lebih disebabkan oleh peristiwa-peristiwa kehidupan yang
dihubungkan dengan keluarga dan pekerjaan. Selam periode ini orang melibatkan
diri secara khusus dala karir, pernikahan dan hidup berkeluarga. Menurut
Erikson, perkembangan psikososial selama masa dewasa dan tua ini ditandai
dengan tiga gejala penting, yaitu keintiman, generatif dan integritas.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Perkembangan Sosial
Perkembangan sosial
manusia dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu: keluarga, kematangan anak,
status ekonomi keluarga, tingkat pendidikan, dan kemampuan mental terutama emosi
dan inteligensi.
1. Keluarga
Keluarga merupakan lingkungan pertama yang memberikan pengaruh terhadap
berbagai aspek perkembangan anak, termasuk perkembangan sosialnya. Kondisi dan
tata cara kehidupan keluarga merupakan lingkungan yang kondusif bagi
sosialisasi anak. Di dalam keluarga berlaku norma-norma kehidupan keluarga, dan
dengan demikian pada dasarnya keluarga merekayasa perilaku kehidupan anak.
Proses pendidikan yang bertujuan mengembangkan kepribadian anak lebih banyak
ditentukan oleh keluarga. Pola pergaulan dan bagaimana norma dalam menempatkan
diri terhadap lingkungan yang lebih luas ditetapkan dan diarahkan oleh
keluarga.
2. Kematangan Anak
Bersosialisasi memerlukan kematangan fisik dan psikis.
Untuk mampu mempertimbangan dalam proses sosial, memberi dan menerima pendapat
orang lain, memerlukan kematangan intelektual dan emosional. Di samping itu,
kemampuan berbahasa ikut pula
menentukan.
Dengan demikian, untuk mampu bersosialisasi dengan baik diperlukan kematangan
fisik sehingga setiap orang fisiknya telah mampu menjalankan fungsinya dengan
baik.
3. Status Sosial Ekonomi
Kehidupan sosial banyak dipengaruhi oleh kondisi atau status kehidupan
sosial keluarga dalam lingkungan masyarakat. Masyarakat akan memandang anak,
bukan sebagai anak yang independen, akan tetapi akan dipandang dalam konteksnya
yang utuh dalam keluarga anak itu. “ia anak siapa”. Secara tidak langsung dalam
pergaulan sosial anak, masyarakat dan kelompoknya dan memperhitungkan norma
yang berlaku di dalam keluarganya.
Dari pihak anak itu sendiri, perilakunya akan banyak memperhatikan kondisi
normatif yang telah ditanamkan oleh keluarganya. Sehubungan dengan itu, dalam
kehidupan sosial anak akan senantiasa “menjaga” status sosial dan ekonomi
keluarganya. Dalam hal tertentu, maksud “menjaga status sosial keluarganya” itu
mengakibatkan menempatkan dirinya dalam pergaulan sosial yang tidak tepat. Hal
ini dapat berakibat lebih jauh, yaitu anak menjadi “terisolasi” dari
kelompoknya. Akibat lain mereka akan membentuk kelompok elit dengan normanya
sendiri.
4. Pendidikan
Pendidikan merupakan proses sosialisasi anak yang terarah. Hakikat
pendidikan sebagai proses pengoperasian ilmu yang normatif, akan memberikan
warna kehidupan sosial anak di dalam masyarakat dan kehidupan mereka di masa
yang akan datang. Pendidikan dalam arti luas harus diartikan bahwa perkembangan
anak dipengaruhi oleh kehidupan keluarga, masyarakat, dan kelembagaan.
Penanaman norma perilaku yang benar secara sengaja diberikan kepada peserta didik
yang belajar di kelembagaan pendidikan(sekolah).
Kepada peserta didik bukan saja dikenalkan kepada norma-norma lingkungan dekat,
tetapi dikenalkan kepada norma kehidupan bangsa(nasional) dan norma kehidupan
antarbangsa. Etik pergaulan membentuk perilaku kehidupan bermasyarakat dan
bernegara.
5. Kapasitas Mental, Emosi, dan Intelegensi
Kemampuan berpikir banyak mempengaruhi banyak hal, seperti kemampuan
belajar, memecahkan masalah, dan berbahasa. Anak yang berkemampuan intelektual
tinggi akan berkemampuan berbahasa secara baik. Oleh karena itu kemampuan
intelektual tinggi, kemampuan berbahasa baik, dan pengendalian emosional secara
seimbang sangat menentukan keberhasilan dalam perkembangan sosial anak.
Sikap saling pengertian dan kemampuan memahami orang lain merupakan modal utama
dalam kehidupan sosial dan hal ini akan dengan mudah dicapai oleh remaja yang
berkemampuan intelektual tinggi.
usaha-usaha guru dan
orang tua dalam menunjang perkembangan dosial anak dan remaja
Remaja
yang dalam masa mencari dan ingin menentukan jati dirinya memiliki sikap yang
terlalu tinggi menilai dirinya atau sebaliknya. Mereka belummemahami benar
tentang norma-norma social yang berlaku di dalam kehidupan bermasyarakat.
Keduanya dapat menimbulkan hubungan social yang kuarang serasi, karena mereka
sukar untuk menerima norma sesuai dengan kondisi dalam kelompok atau
masyarakat. Sikap menentang dan sikap canggung dalam pergaulan akan merugikan
kedua belah pihak. Oleh karena itu, diperlukan adanya upaya pengembangan
hubungan social remaja yang diawali dari lingkungan keluarga, sekolah serta
lingkungan masyarakat.
1. Lingkungan
Keluarga
Orang tua
hendaknya mengakui kedewasaan remaja dengan jalan memberikan kebebasan
terbimbing untuk mengambil keputusan dan tanggung jawab sendiri. Iklim
kehidupan keluarga yang memberikan kesempatan secara maksimal terhadp
pertumbuhan dan perkembangan anak akan dapat membantu anak memiliki kebebasan
psikologis untuk mengungkapkan perasaannya. Dengan cara demikian,
remaja akan merasa bahwa dirinya dihargai, diterima, dicintai, dan dihormati
sebagai manusia oleh orang tua dan anggota keluarga lainnya.
Dalam konteks
bimbingan orang tua terhadap remaja, Hoffman (1989) mengemukakan tiga jenis
pola asuh orang tua yaitu :
a) Pola asuh bina kasih
(induction)
Yaitu pola asuh
yang diterapkan orang tua dalam mendidik anaknya dengan senantiasa memberikan
penjelasan yang masuk akal terhadap setiap keputusan dan perlakuan yang diambil
oleh anaknya.
b) Pola asuh unjuk kuasa (power assertion)
Yaitu pola asuh
yang diterapkan orang tua dalam mendidik anaknya dengan senantiasa memaksakan
kehendaknya untuk dipatuhi oleh anak meskipun anak tidak dapat
menerimanya.
c) Pola asuh lepas kasih (love withdrawal)
Yaitu pola asuh
yang diterapkan orang tua dalam mendidik anaknya dengan cara menarik sementara
cinta kasihnya ketika anak tidak menjalankan apa yang dikehendaki orang tuanya,
tetapi jika anak sudah mau melaksanakan apa yang dihendaki orang tuanya maka
cinta kasihnya itu dikembalikan seperti sediakala. Dalam konteks pengembangan
kepribadian remaja, termasuk didalamnya pengembangan hubungan sosial, pola asuh
yang disarankan oleh Hoffman (1989) untuk diterpakan adalah pola asuh bina
kasih (induction). Artinya, setiap keputusan yang diambil oleh orang tua
tentang anak remajanya atau setiap perlakuan yang diberikan orang tua terhadap
anak remajanya harus senantiasa disertai dengan penjelasan atau alasan yang
rasional. Dengan cara demikian, remaja akan dapat mengembangkan pemikirannya untuk
kemudian mengambil keputusan mengikuti atau tidak terhadap keputusan atau
perlakuan orang tuanya
2. Lingkungan
Sekolah
Di dalam
mengembankan hubungan social remaja, guru juga harus mampu mengembangkan proses
pendidikan yang bersifat demokratis, guru harus berupaya agar pelajaran yang
diberikan selalu cukup menarik minat anak, sebab tidak jarang anak menganggap
pelajaran yang diberikan oleh guru kepadanya tidak bermanfaat. Tugas guru tidak
hanya semata-mata mengajar tetapi juga mendidik. Artinya, selain menyampaikan
pelajaran sebagai upaya mentransfer pengetahuan kepada peserta didik, juga
harus membina para peserta didik menjadi manusia dewasa yang bertanggung jawab.
Dengan demikian, perkembangan hubungan sosial remaja akan dapat berkembang secara
maksimal.
3. Lingkungan
Masyarakat
a)
Penciptaan kelompok sosial remaja perlu dikembangkan untuk memberikan rangsang
kepada mereka kearah perilaku yang bermanfaat.
b)
Perlu sering diadakan kegiatan kerja bakti , bakti karya untuk dapat mempelajari
remaja bersosialisasi sesamanya dan masyarakat.