Hakekat Implementasi Kurikulum
adalah Proses Pembelajaran. Jelaskan dengan singkat, mengapa proses
pembelajaran tersebut menjadi fokus
utama dalam implementasi kurikulum?
Jawaban:
Sebelum saya menjawab secara langsung dan lebih jauh, saya ingin mencoba menjelaskan terlebih dahulu tentang apa itu implementasi terlebih implementasi kurukulum, bebicara tentang implementasi tentu kita berbicara tentang bagaimana penerapan, pelaksanaan dan aplikasi ataupun aktualisasi suatu hal.
Berbicara pula tentang kurikulum, sebenarnya kurikulum itu artian sangat luas, bisa kita artikan itu sebagai sejumlah mata pelajaran/ matakuliah disuatu sekolah atau pergurun tinggi, bisa juga disebut sbagai rencana kegiatan untuk menuntun pengajaran, bisa juga kita bilang kurikulum itu all experience ( menyangkut seluruh pengalaman ) serta kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu dan tentu banyak hal lagi.
Jadi, implementasi kurikulum itu bagaimana proses penerapan, pelaksanaan, aplikasi ataupun aktualisasi kurikulum tadi untuk mencapai tujuannya atau bahasa lainnya bagaimana penerapan, pengaplikasian seperangkat rencana, tujuan, isi untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
Jadi, mengapa proses pembelajaran tersebut menjadi fokus utama dalam implementasi kurikulum, sebenarnya kurikulun itu kan ada 4 komponen: tujuan, materi, proses dan evaluasi.Para
pembuaat kurikulum atau stackeholder yg bersangkutan tentu yang pertama
direncanakan, dirancang atau didesainnya adalah tujuan dan setelah itu apa
materi-materinya. Dan bukan berarti kita semata-mata fokus pada hal tersebut
dikhawatiran apakah prosesnya bisa berjalan dengan benar, efektif dalam
mencapai tujuan nantinya.
Maka untuk mencapai tujuan atau hasil tersebut maka butuhlah suatu proses untuk mewujudkannya. Jadi, dalam implementasi kurikulum itu adalah bagaimana komponen kurikulum tadi yaitu proses pembelajaran bisa dalam mencapai tujuan/ hasil pembelajaran yang telah dibuat seblumnya. Maka dari itulah proses pembelajaran itu menjadi momok yg terpenting dalam implementasi kurikulum.
Jawaban:
Sebelum saya menjawab secara langsung dan lebih jauh, saya ingin mencoba menjelaskan terlebih dahulu tentang apa itu implementasi terlebih implementasi kurukulum, bebicara tentang implementasi tentu kita berbicara tentang bagaimana penerapan, pelaksanaan dan aplikasi ataupun aktualisasi suatu hal.
Berbicara pula tentang kurikulum, sebenarnya kurikulum itu artian sangat luas, bisa kita artikan itu sebagai sejumlah mata pelajaran/ matakuliah disuatu sekolah atau pergurun tinggi, bisa juga disebut sbagai rencana kegiatan untuk menuntun pengajaran, bisa juga kita bilang kurikulum itu all experience ( menyangkut seluruh pengalaman ) serta kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu dan tentu banyak hal lagi.
Jadi, implementasi kurikulum itu bagaimana proses penerapan, pelaksanaan, aplikasi ataupun aktualisasi kurikulum tadi untuk mencapai tujuannya atau bahasa lainnya bagaimana penerapan, pengaplikasian seperangkat rencana, tujuan, isi untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
Jadi, mengapa proses pembelajaran tersebut menjadi fokus utama dalam implementasi kurikulum, sebenarnya kurikulun itu kan ada 4 komponen: tujuan, materi, proses dan evaluasi.
Maka untuk mencapai tujuan atau hasil tersebut maka butuhlah suatu proses untuk mewujudkannya. Jadi, dalam implementasi kurikulum itu adalah bagaimana komponen kurikulum tadi yaitu proses pembelajaran bisa dalam mencapai tujuan/ hasil pembelajaran yang telah dibuat seblumnya. Maka dari itulah proses pembelajaran itu menjadi momok yg terpenting dalam implementasi kurikulum.
Beberapa tahun terakhir pemerintah
mengeluarkan kebijakan sekolah inklusi, Jelaskan bagaimana tanggapan Saudara
tentang sekolah inklusi bila ditinjau dari Landasan kurikulum aspek sosiologis!
Jawaban:
Pertama-tama saya ingin menjelaskan apa itu sekolah inklusi, sekolah inklusi menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Nomor 70 Tahun 2009 disebutkan bahwa yang dimaksud dengan pendidikan inklusif adalah sistem penyelenggaraan pendidikan yang memberikan kesempatan kepada semua peserta didik yang memiliki kelainan dan memiliki potensi kecerdasan dan/atau bakat istimewa untuk mengikuti pendidikan atau pembelajaran dalam lingkungan pendidikan secara bersama-sama dengan peserta didik pada umumnya.
Jadi intinya pendidikan inklusi adalah mengenai hak setiap siswa atas perkembangan individu, sosial, dan intelektual. Para siswa harus diberi kesempatan untuk mencapai potensi mereka. Untuk mencapai potensi tersebut, sistem pendidikan harus dirancang, didesain dengan memperhitungkan perbedaan-perbedaan yang ada pada diri siswa. Bagi mereka yang memiliki ketidakmampuan khusus atau memiliki kebutuhan belajar yang luar biasa harus mempunyai akses terhadap pendidikan yang bermutu tinggi dan tepat.
Jadi, tanggapan saya terhadap sekolah inklusi tersebut saya sangat mengapresiasi dan sangat setuju, tentu dengan harapan saya, pelaksanaan/ implementasinya dapat berjalan dengan semestinya/ koridornya. Bila ditinjau dari Landasan kurikulum aspek sosiologis saya mengharapkan adanya penekanan bahwa siswa memiliki hak yang sama tanpa dibeda-bedakan berdasarkan perkembangan individu, sosial, dan intelektual. Perbedaan yang terdapat dalam diri individu harus disikapi oleh dunia pendidikan dengan mempersiapkan model pendidikan yang disesuaikan dengan perbedaan-perbedaan individu tersebut. Perbedaan bukan lantas melahirkan diskriminasi dalam pendidikan, namun pendidikan harus tanggap dalam menghadapi perbedaan.
Jawaban:
Pertama-tama saya ingin menjelaskan apa itu sekolah inklusi, sekolah inklusi menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Nomor 70 Tahun 2009 disebutkan bahwa yang dimaksud dengan pendidikan inklusif adalah sistem penyelenggaraan pendidikan yang memberikan kesempatan kepada semua peserta didik yang memiliki kelainan dan memiliki potensi kecerdasan dan/atau bakat istimewa untuk mengikuti pendidikan atau pembelajaran dalam lingkungan pendidikan secara bersama-sama dengan peserta didik pada umumnya.
Jadi intinya pendidikan inklusi adalah mengenai hak setiap siswa atas perkembangan individu, sosial, dan intelektual. Para siswa harus diberi kesempatan untuk mencapai potensi mereka. Untuk mencapai potensi tersebut, sistem pendidikan harus dirancang, didesain dengan memperhitungkan perbedaan-perbedaan yang ada pada diri siswa. Bagi mereka yang memiliki ketidakmampuan khusus atau memiliki kebutuhan belajar yang luar biasa harus mempunyai akses terhadap pendidikan yang bermutu tinggi dan tepat.
Jadi, tanggapan saya terhadap sekolah inklusi tersebut saya sangat mengapresiasi dan sangat setuju, tentu dengan harapan saya, pelaksanaan/ implementasinya dapat berjalan dengan semestinya/ koridornya. Bila ditinjau dari Landasan kurikulum aspek sosiologis saya mengharapkan adanya penekanan bahwa siswa memiliki hak yang sama tanpa dibeda-bedakan berdasarkan perkembangan individu, sosial, dan intelektual. Perbedaan yang terdapat dalam diri individu harus disikapi oleh dunia pendidikan dengan mempersiapkan model pendidikan yang disesuaikan dengan perbedaan-perbedaan individu tersebut. Perbedaan bukan lantas melahirkan diskriminasi dalam pendidikan, namun pendidikan harus tanggap dalam menghadapi perbedaan.
Kunci keberhasilan atau
kegagalan dalam pelaksanaan kurikulum pada hakikatnya ada di tangan para
guru, Murray Print (1993) menggambarkan peran guru tersebut sebagai implementer,
adapter, developer, researcher, Jelaskanlah masing-masing peranan
tersebut!
Jawaban:
a. Peran guru sebagai implementer, berbicara implementer sama halnya dengan implementasi yang saya bahas pada nomor 1 tadi, tapi lain halnya disini membahas yaitu bagaimana peranan seorang guru dalam pengimplementasian/ pelaksanaan atas kurikulum yang telah dibuat/ disusun.
Dari berbagai literatur yang saya baca dapat ditarik kesimpulan bahwa peranan guru sebagai implementer ini adalah sebagai pelaksana dan guru dianggap sebagai tenaga teknis yang hanya bertanggung jawab dalam mengimplementasikan berbagai ketentuan yang ada. Dan disini guru tidak memiliki kesempatan baik untuk menentukan isi kurikulum maupun menentukan target kurikulum. Peran guru hanya sebatas menjalankan kurikulum yang telah disusun seperti yang saya sebutkan tadi. Yang disayangkan disini adalah kreatifitas guru dan inovasi guru dalam merekayasa pembelajaran tidak berkembang, guru tidak ada motivasi untuk melakukan berbagai pembaruan. Sebenarnya peran guru ini pernah dilaksanakan di Indonesia yaitu sebelum reformasi dan tentunya kalau masih dipraktekkan sekarang tentu telah expire/ kadarluarsa dan tidak mengikuti perkembangan zama. Meskipun ada hal positif yang bisa diambil yaitu kurikulum bisa seragam, sehingga apa yang dilakukan guru di Indonesia bagian barat sama dengan apa yang dilakukan guru di Indonesia bagian timur. Tentu kita juga mempertimbangkan rasio resiko yang bisa ditimbulkan yaitu tidak adanya pembaharuan ilmu yang signifikan.
b. Peran guru sebagai adapter, disini peran guru tidak hanya sekedar implementer/ pelaksana belaka, tetapi sebagai penyelaras kurikulum dengan karakteristik dan dan kebutuhan siswa dan kebutuhan daerah. Disini guru diberikan kewenangan untuk menyesuaikan kurikuum dengan kebutuhan daerah ataupun karakteristik sekolah.Dalam kurikulum KTSP sekarang, terdapat peran guru dalam fase ini, yaitu bahwa para perancang kurikulum hanya menentukan standar isi sebagai standar minimal yang harus dicapai, bagaimana implementasinya, kapan waktunya dan hal-hal teknis lainnya ditentukan oleh guru. Dengan demikian peran guru sebagai adapter lebih luas dibandingkan dengan peran sebagai implementer.
c. Peran guru sebagai developer, lain halnya dengan implementer dan adapter, peran guru sebagai developer disini adalah guru berperan sebagai pengembang kurikulum, guru memiliki kewenangan dalam mendesain sebuah kurikulum. Guru tidak hanya bisa menentukan tujuan dan isi pelajaran yang akan disampaikan, tetapi bahkan dapat menentukan strategi apa yang harus dikembangkan dan sistem evaluasi apa yang akan digunakannya. Sebagai pengembang kurikulum guru sepenuhnya dapat menyusun kurikulum sesuai dengan karakteristik, misi dan visi sekolah, serta sesuai dengan pengalaman belajar yang diperlukan peserta didik.
Dalam KTSP peran ini dapat dilihat dalam pengembangan kurikulum muatan lokal. Dalam pengembangan kurikulum muatan lokal, sepenuhnya diserahkan kepada masing-masing satuan pendidikan, karena itu kurikulum yang berkembang berbeda antara sekolah yang satu dengan sekolah yang lainnya.
d. Peran guru sebagai researcher/ peneliti, peran ini dilaksanakan sebagai bagian dari tugas profesional guru yang memiliki tanggung jawab dalam meningkatkan kinerjanya sebagai guru. Dalam melaksanakan perannya sebagai peneliti, guru memiliki tanggung jawab untuk menguji berbagai komponen kurikulum, misalnya menguji bahan-bahan kurikulum, menguji efektifitas program, menguji strategi dan model pembelajaran dan lain sebagainya termasuk mengumpulkan data tentang keberhasilan siswa mencapai target kurikulum.
Jawaban:
a. Peran guru sebagai implementer, berbicara implementer sama halnya dengan implementasi yang saya bahas pada nomor 1 tadi, tapi lain halnya disini membahas yaitu bagaimana peranan seorang guru dalam pengimplementasian/ pelaksanaan atas kurikulum yang telah dibuat/ disusun.
Dari berbagai literatur yang saya baca dapat ditarik kesimpulan bahwa peranan guru sebagai implementer ini adalah sebagai pelaksana dan guru dianggap sebagai tenaga teknis yang hanya bertanggung jawab dalam mengimplementasikan berbagai ketentuan yang ada. Dan disini guru tidak memiliki kesempatan baik untuk menentukan isi kurikulum maupun menentukan target kurikulum. Peran guru hanya sebatas menjalankan kurikulum yang telah disusun seperti yang saya sebutkan tadi. Yang disayangkan disini adalah kreatifitas guru dan inovasi guru dalam merekayasa pembelajaran tidak berkembang, guru tidak ada motivasi untuk melakukan berbagai pembaruan. Sebenarnya peran guru ini pernah dilaksanakan di Indonesia yaitu sebelum reformasi dan tentunya kalau masih dipraktekkan sekarang tentu telah expire/ kadarluarsa dan tidak mengikuti perkembangan zama. Meskipun ada hal positif yang bisa diambil yaitu kurikulum bisa seragam, sehingga apa yang dilakukan guru di Indonesia bagian barat sama dengan apa yang dilakukan guru di Indonesia bagian timur. Tentu kita juga mempertimbangkan rasio resiko yang bisa ditimbulkan yaitu tidak adanya pembaharuan ilmu yang signifikan.
b. Peran guru sebagai adapter, disini peran guru tidak hanya sekedar implementer/ pelaksana belaka, tetapi sebagai penyelaras kurikulum dengan karakteristik dan dan kebutuhan siswa dan kebutuhan daerah. Disini guru diberikan kewenangan untuk menyesuaikan kurikuum dengan kebutuhan daerah ataupun karakteristik sekolah.Dalam kurikulum KTSP sekarang, terdapat peran guru dalam fase ini, yaitu bahwa para perancang kurikulum hanya menentukan standar isi sebagai standar minimal yang harus dicapai, bagaimana implementasinya, kapan waktunya dan hal-hal teknis lainnya ditentukan oleh guru. Dengan demikian peran guru sebagai adapter lebih luas dibandingkan dengan peran sebagai implementer.
c. Peran guru sebagai developer, lain halnya dengan implementer dan adapter, peran guru sebagai developer disini adalah guru berperan sebagai pengembang kurikulum, guru memiliki kewenangan dalam mendesain sebuah kurikulum. Guru tidak hanya bisa menentukan tujuan dan isi pelajaran yang akan disampaikan, tetapi bahkan dapat menentukan strategi apa yang harus dikembangkan dan sistem evaluasi apa yang akan digunakannya. Sebagai pengembang kurikulum guru sepenuhnya dapat menyusun kurikulum sesuai dengan karakteristik, misi dan visi sekolah, serta sesuai dengan pengalaman belajar yang diperlukan peserta didik.
Dalam KTSP peran ini dapat dilihat dalam pengembangan kurikulum muatan lokal. Dalam pengembangan kurikulum muatan lokal, sepenuhnya diserahkan kepada masing-masing satuan pendidikan, karena itu kurikulum yang berkembang berbeda antara sekolah yang satu dengan sekolah yang lainnya.
d. Peran guru sebagai researcher/ peneliti, peran ini dilaksanakan sebagai bagian dari tugas profesional guru yang memiliki tanggung jawab dalam meningkatkan kinerjanya sebagai guru. Dalam melaksanakan perannya sebagai peneliti, guru memiliki tanggung jawab untuk menguji berbagai komponen kurikulum, misalnya menguji bahan-bahan kurikulum, menguji efektifitas program, menguji strategi dan model pembelajaran dan lain sebagainya termasuk mengumpulkan data tentang keberhasilan siswa mencapai target kurikulum.
Pelaksanaan KTSP
menerapkan prinsip Dekosentrasi, Jelaskanlah bagaimana implementasi prinsip
tersebut dalam KTSP!
Jawaban:
Sebenarnya dekosentrasi merupakan salah satu prinsip pengembangan kurikulum, berbicara dekosentrasi itu sendiri adalah campuran antara sentralistik dan desentralistik atau dalam istilah lain mengunakan pendekatan campuran model administratif dan model akar rumput (grass root). Model administratif itu sendiri yaitu model pengembangan kurikulum yang inisiatif, pelaksananya ditentukan dan dilakukan oleh pemerintah pusat. Kurikulum yang telah jadi disebarluaskan ke sekolah-sekolah untuk dilaksanakan. Sekolah-sekolah/ guru-guru tinggal menjalankan apa yang sudah tertuang dalam kurikulum.
Dan model akar rumput itu sendiri adalah model pengembangan kurikulum dimana inisiatif dan pelaksanaannya dilakukan oleh guru-guru sebagai pelaksana kurikulum. Upaya ini mula-mulanya dilakukan hanya pada cakupan terbatas baik area materi maupun wilayah pemberlakuannya. Apabila memperoleh kecocokan dengan sekolah lain dan didukung oleh pemerintah sebagai pihak yang berwenang, penggunaannya bisa meluas. Tapi apabila tidak, penggunaannya tidak bisa menyebar dan bahkan mungkin terhenti dan mati.
Jadi, bagaimana implementasi prinsip tersebut dalam KTSP, menurut saya ini cukup efektif dalam pelaksanaannya karena disini pemerintah pusat atau BNSP juga ikut serta dalam mengembangkan SKL ( Standar Komptensi Lulusan ) dan SI ( Standar Isi ) dan ini dapat menjadi pedoman dan rambu-rambu prosedur pengembangan KTSP untuk daerah/ sekolah dalam menerjemahkan SKL dan SI ke dalam bentuk kurikulum operasional yang digunakan oleh setiap jenjang dan unit pendidikan. Namun, yang disayangkan adalah jika penerapannya tidak cocok dengan sekolah lain maka tidak bisa untuk menyebar dan mungkin terhenti.
Jawaban:
Sebenarnya dekosentrasi merupakan salah satu prinsip pengembangan kurikulum, berbicara dekosentrasi itu sendiri adalah campuran antara sentralistik dan desentralistik atau dalam istilah lain mengunakan pendekatan campuran model administratif dan model akar rumput (grass root). Model administratif itu sendiri yaitu model pengembangan kurikulum yang inisiatif, pelaksananya ditentukan dan dilakukan oleh pemerintah pusat. Kurikulum yang telah jadi disebarluaskan ke sekolah-sekolah untuk dilaksanakan. Sekolah-sekolah/ guru-guru tinggal menjalankan apa yang sudah tertuang dalam kurikulum.
Dan model akar rumput itu sendiri adalah model pengembangan kurikulum dimana inisiatif dan pelaksanaannya dilakukan oleh guru-guru sebagai pelaksana kurikulum. Upaya ini mula-mulanya dilakukan hanya pada cakupan terbatas baik area materi maupun wilayah pemberlakuannya. Apabila memperoleh kecocokan dengan sekolah lain dan didukung oleh pemerintah sebagai pihak yang berwenang, penggunaannya bisa meluas. Tapi apabila tidak, penggunaannya tidak bisa menyebar dan bahkan mungkin terhenti dan mati.
Jadi, bagaimana implementasi prinsip tersebut dalam KTSP, menurut saya ini cukup efektif dalam pelaksanaannya karena disini pemerintah pusat atau BNSP juga ikut serta dalam mengembangkan SKL ( Standar Komptensi Lulusan ) dan SI ( Standar Isi ) dan ini dapat menjadi pedoman dan rambu-rambu prosedur pengembangan KTSP untuk daerah/ sekolah dalam menerjemahkan SKL dan SI ke dalam bentuk kurikulum operasional yang digunakan oleh setiap jenjang dan unit pendidikan. Namun, yang disayangkan adalah jika penerapannya tidak cocok dengan sekolah lain maka tidak bisa untuk menyebar dan mungkin terhenti.
Pusat Perbukuan Nasional
memberikan panduan dalam memilah buku teks, yang terdiri atas 4 aspek yaitu a)
materi, b) penyajian, c), bahasa dan keterbacaan, d) grafika. Berikan
Penjelasan kriteria masing-masing aspek
tersebut disertai contoh!
Jawaban:
a. Materi
Materi yang terdapat dalam buku teks pelajaran yang akan kita pilih hendaknya mempertimbangan hal-hal ini: apakah tujuan pembelajaran yang dimuat sesuai dengan kondisi peserta didik, apakah materi yang dikembangkan memiliki kekuatan bagi proses pembelajaran, apakah materi sejalanan dengan konsep ilmu pendidikan, apakah materinya akurat, mutakhir dan sesuai dengan konteks dan kemampuan berpikir peserta didik dan apakah materi dibahas secara mendalam sesuai dengan keperluan pembelajaran.
Contohnya tentu: pemilihan buku teks yang materinya tepat, menarik dan dapat menumbuhkan motivasi peserta didik.
b. Penyajian Materi
Penyajian buku teks juga merupakan aspek penting yang harus kita pertimbangkan dalam memilih buku teks pelajaran. Hal-hal yang perlu kita pertimbangan adalah: penyajian peta konsep dan tujuan belajar mudah dipahami oleh peserta didik, urutan materi dan hubungan antar materi disajikan sistematis dan logis, penyajian materi dan ilustrasi/ gambar memotivasi peserta didik untuk belajar, materi disajikan mendorong umpan balik dan refleksi diri peserta didik, anatomi buku disajikan dengan model yang mudah dipahami peserta didik. Sebagai contoh: penyajian materi yang lebih interaktif.
c. Bahasa
Bahasa sangatlah penting bagi buku teks yang akan kita pilih, bahasa yang digunakan hendaknya mudah dimengerti dan tidak berbelit-belit, serta gaya bahasanya menarik untuk dibaca atau bahasa lainnya ketepatan dalam menggunakan pilihan kata dan gaya bahasa, kalimat yang digunakan pada umumnya mudah dipahami dan paragraf yang disajikan tidak membingungkan.
Sebagai contoh: tentu menggunakan bahasa yang baik dan benar sesuai dengan EYD.
d. Grafika
Grafika tentu turut pula menentukan kualitas suatu buku teks, yaitu bagaimana penggunaan tata letak dan tipografi buku dapat meningkatkan pemahaman peserta didik. Sebagai contoh: tentu yang memperhatikan tata aturan penulisan yang benar.
Jawaban:
a. Materi
Materi yang terdapat dalam buku teks pelajaran yang akan kita pilih hendaknya mempertimbangan hal-hal ini: apakah tujuan pembelajaran yang dimuat sesuai dengan kondisi peserta didik, apakah materi yang dikembangkan memiliki kekuatan bagi proses pembelajaran, apakah materi sejalanan dengan konsep ilmu pendidikan, apakah materinya akurat, mutakhir dan sesuai dengan konteks dan kemampuan berpikir peserta didik dan apakah materi dibahas secara mendalam sesuai dengan keperluan pembelajaran.
Contohnya tentu: pemilihan buku teks yang materinya tepat, menarik dan dapat menumbuhkan motivasi peserta didik.
b. Penyajian Materi
Penyajian buku teks juga merupakan aspek penting yang harus kita pertimbangkan dalam memilih buku teks pelajaran. Hal-hal yang perlu kita pertimbangan adalah: penyajian peta konsep dan tujuan belajar mudah dipahami oleh peserta didik, urutan materi dan hubungan antar materi disajikan sistematis dan logis, penyajian materi dan ilustrasi/ gambar memotivasi peserta didik untuk belajar, materi disajikan mendorong umpan balik dan refleksi diri peserta didik, anatomi buku disajikan dengan model yang mudah dipahami peserta didik. Sebagai contoh: penyajian materi yang lebih interaktif.
c. Bahasa
Bahasa sangatlah penting bagi buku teks yang akan kita pilih, bahasa yang digunakan hendaknya mudah dimengerti dan tidak berbelit-belit, serta gaya bahasanya menarik untuk dibaca atau bahasa lainnya ketepatan dalam menggunakan pilihan kata dan gaya bahasa, kalimat yang digunakan pada umumnya mudah dipahami dan paragraf yang disajikan tidak membingungkan.
Sebagai contoh: tentu menggunakan bahasa yang baik dan benar sesuai dengan EYD.
d. Grafika
Grafika tentu turut pula menentukan kualitas suatu buku teks, yaitu bagaimana penggunaan tata letak dan tipografi buku dapat meningkatkan pemahaman peserta didik. Sebagai contoh: tentu yang memperhatikan tata aturan penulisan yang benar.
REFERENSI
Hamalik,
Oemar. 1995. Kurikulum dan Pembelajaran.
Jakarta: Bumi Aksara.
BNSP (2006). Panduan Penyusunan KTSP Jenjang Pendidikan. Jakarta: Diknas
http://tommi-pradana.blogspot.com
BNSP (2006). Panduan Penyusunan KTSP Jenjang Pendidikan. Jakarta: Diknas
http://tommi-pradana.blogspot.com
0 comments:
Post a Comment